Asy-Syifa dan Kisah Ruqyah Pertama dalam Islam - Di zaman Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, ada seorang shahabiyah (sahabat wanita) yang terkenal dengan ilmunya serta metode ruqyah untuk pengobatan. Tak hanya itu, ia juga terkenal akan pengobatan yang dilakukan kepada masyarakat di zamannya, baik sebelum memeluk Islam maupun setelah memeluk Islam.
Dialah Asy-Syifa, yang
memiliki nama lengkap Asy-Syifa binti Abdullah bin Abdu Syams bin Khalaf bin
Saddad bin Abdullah bin Qarth bin Razzah bin Adi bin Ka’ab. Ia lebih dikenal
dengan nama Asy-Syifa binti Abdallah Al-Adawiyah karena berasal dari suku
Quraisy Al-Adawiyah.
Asy-syifa merupakan salah satu
tokoh wanita yang menonjol dalam Islam. Selain itu, ia juga memiliki kedudukan
tersendiri di sisi nabi dan para sahabat. Nama asli wanita mulia ini adalah
Laila, dan dikenal pula dengan sebutan Ummu Sulaiman. Namun, orang-orang lebih
mengenalnya dengan sebutan Asy-Syifa. Suaminya bernama Abu Hathmah bin Ghanim
yang juga berasal dari suku yang sama dengannya.
Sebelum datangnya agama Islam,
dunia pendidikan bagi wanita sangatlah sempit. Tak banyak wanita yang bisa
membaca dan menulis. Dan Asy-syifa merupakan salah satu di antara sedikit
wanita yang bisa melakukan kedua aktivitas tersebut. Ia juga menjadi orang yang
melakukan ruqyah pertama dalam Islam, yaitu ilmu pengobatan dengan cara
memohon doa kepada Allah s.w.t.
Asy-Syifa merupakan salah satu
wanita yang beruntung. Hal itu dikarenakan ia mendapat perhatian langsung dari
Rasulullah. Nabi Muhammad memberinya sebuah rumah khusus di Madinah yang
lokasinya dekat dengan orang-orang yang menderita penyakit gatal. Asy-Syifa
menempati rumah itu dengan Sulaiman, anaknya.
Selain itu, Asy-Syifa juga
banyak belajar hadits langsung dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam untuk
memahami masalah-masalah duniawi dan agama. Bekal tersebut lantas ia
aplikasikan untuk berdakwah tentang agama Islam kepada masyarakat.
Kecerdasan dan ide-ide
Asy-Syifa yang begitu cemerlang bahkan sampai mendapat pujian dari Khalifah
Ummar bin Khathab. Ammirul mukminin tersebut bahkan kerap menerima pendapat
dari shahabiyah cerdas itu. Untuk mengurusi masalah pasar, Ummar juga
memberikan tugas itu kepada Asy-Syifa.
BACA JUGA : DOA MEMOHON KESEMBUHAN UNTUK ORANG YANG SAKIT PARAH
Sejarah Ruqyah dalam Islam
Di samping keunggulan yang
telah disebutkan di atas, Asy-Syifa binti Abdullah juga merupakan salah seorang
perawi hadits. Selain menjadi orang yang melakukan ruqyah pertama dalam
Islam, juga ada beberapa hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam
yang ia riwayatkan, serta dari Umar bin Khathab.
Tak sedikit umat Muslim yang
ikut meriwayatkan hadits yang berasal darinya, seperti anaknya Sulaiman bin Abu
Khaitsumah, Abu Ishaq, dan Ummul Mukminin Hafsah binti Ummar bin Khathab.
Sebelum Allah menurunkan
ajaran agama Islam kepada Rasulullah, masyarakat pada masa itu sudah mengenal
Asy-Syifa sebagai seorang guru yang mengajarkan menulis dan membaca. Setelah
itu, Islam datang dan memberi cahaya padanya untuk memeluk agama Islam sebagai
seorang muslimah. Setelah memeluk Islam, Asy-Syifa tetap mendedikasikan diri
untuk mengajar para Muslimah dengan mengharapkan ridho Allah Subhanallahu Wa
Ta’ala.
Hal tersebut menjadi sebab
Asy-Syifa dinobatkan sebagai ‘guru wanita pertama di Islam’. Dari banyaknya
wanita yang dididik oleh Asy-Syifa, salah satunya adalah istri Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam, yakni Ummul Mukminin Hafsah binti Ummar bin
Khathab.
Ada sebuah hadits yang
meriwayatkan bahwa Rasulullah memintanya untuk mengajarkan ruqyah dan menulis
kepada Hafshah Radhiyallahu Anha. Hal itu yang menjadi salah satu sebab adanya ruqyah pertama dalam Islam, yang berasal dari keilmuwan Asy-syifa.
Suatu ketika, Rasulullah
menemui istrinya, Hafsah RA ketika Asy-Syifa sedang berada di samping ummul
mukminin tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah bersabda, ''Kenapa
kamu tidak mengajarkan ruqyah kepadanya (Hafshah), seperti kamu mengajarkannya
menulis?”
Keahlian ruqyah yang dimiliki
Asy-Syifa memang sudah ada dan terkenal sebelum datangnya ajaran Islam, yakni
pada masa Jahiliyah. Kemudian, setelah ia hijrah dan memeluk agama Islam,
Asy-Syifa berkata kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bahwa ia
merupakan ahli ruqyah di masa Jahliliyah dan ingin memperlihatkannya kepada
nabi. Rasulullah pun memintanya untuk memperlihatkan metode ruqyah yang ia
miliki.
Asy-Syifa kemudian
memperlihatkan cara meruqyah kepada Rasulullah, yaitu dengan meruqyah orang
yang terkena penyakit bisul. Setelah memperlihatkan kepada Rasulullah, baginda
nabi meminta Asy-Syifa untuk mengobati dengan metode ruqyah dan mengajarkannya
kepada Hafsah Radhiallahu Anha.
Rasulullah pun mengajarkan
kepadanya, juga kepada umat Muslim salah satu doa yang ketika melakukan ruqyah,
yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang artinya: “Waha Allah Tuhannya manusia,
Yang Maha menghilangkan penyakit, sembuhkanlah. Sebab, Engkau Maha Penyembuh.
Hanya Engkaulah yang menyembuhkan penyakit. Berilah kesembuhan yang tidak
menyisakan (penyakit).”
Doa dari ruqyah pertama
dalam Islam yang diajarkan tersebut menjadi doa yang hingga saat ini
digunakan oleh umat Muslim untuk meminta kesembuhan kepada Allah atas segala
penyakit. Ruqyah sendiri sebenarnya bukan hanya digunakan untuk mengobati
penyakit fisik, tetapi juga berbagai penyakit yang tidak terdeteksi oleh medis.
Ada sebuah hadits Rasulullah
yang menyebutkan bahwa: “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengizinkan
ruqyah untuk sengatan kalajengking dan gigitan ular.” (H.R. Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain, hadits
tersebut berbunyi: “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengizinkan ruqyah
untuk An-Namlah, mata setan (evil eye), dan sengatan kalajengking.” (H.R.
Tirmidzi)
Evil eye atau mata setan
sendiri merupakan sebuah perasaan negatif yang muncul atas adanya keunggulan
atau kelebihan atau semua hal yang terdapat atau dimiliki oleh orang lain.
Perasaan tersebut akan menimbulkan risiko yang menyebabkan penyakit,
kecelakaan, atau gangguan lain terhadap orang yang dilihatnya. Bahkan, evil eye
dapat menyebabkan kematian pada korbannya. Adanya ruqyah pertama dalam Islam
hingga kini digunakan untuk mengatasi penyakit mata setan ini.
Dalam Islam, kasus evil eye
ini disebut dengan penyakit ‘ain, yakni penyakit yang berasal dari mata orang
yang melihatnya. Meski tidak bermaksud buruk, tetapi pandangan seseorang yang
terlalu kagum hingga lupa menyebut nama Allah, lupa bahwa apa yang dimiliki
oleh orang yang dilihatnya adalah atas kuasa Allah, maka itu bisa menimbulkan
penyakit ‘ain (evil eye) pada korbannya.
An-Namlah sendiri merupakan
suatu kondisi yang mengacu pada nanah yang keluar dari bagian tubuh orang yang
terluka. Misalnya luka gigitan atau luka apa saja yang menimbulkan adanya nanah
hingga keluar, bisa diobati dengan metode ruqyah.
Selain penyakit-penyakit yang
telah disebutkan di atas, ruqyah juga merupakan metode pertama yang dilakukan
para sahabat untuk mengatasi gangguan jin dan setan. Ruqyah dilakukan dengan
membaca doa yang diajarkan Rasulullah serta ayat-ayat suci Alquran untuk
meminta perlindung kepada Allah dari segala gangguan makhluk-Nya.
Dengan kata lain, ruqyah tak
hanya dilakukan untuk mengobati penyakit fisik, tetapi juga untuk mengatasi
gangguan mental yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah
akibat gangguan jin yang berasal dari sihir, dan sebagainya.
Demikianlah artikel mengenai salah satu tokoh wanita beserta sejarah atau kisah ruqyah pertama dalam Islam. Semoga bermanfaat.