Mengetahui Tentang Sejarah Makam Buyut Jaksa Alias Ki Patra Kalasa
Makam Kibuyut Jaksa | Foto : Ruqyah Cirebon 

Ruqyah Cirebon - Sebelum membahas Sejarah Buyut Jaksa Alias Ki Patra Kalasa, akan bahas dulu tempat buyut jaksa tinggal. Pada awalnya, Kota Cirebon merupakan sebuah dusun kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa. Seiring berjalannya waktu, dusun tersebut mengalami perkembangan menjadi sebuah desa yang ramai dan kemudian diberi nama Caruban (yang dalam bahasa Sunda berarti "campur").

Mengenal Sejarah Buyut Jaksa Di Cirebon

Julukan "Caruban" melekat karena adanya integrasi antara para pendatang yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti suku, agama, bahasa, adat istiadat, serta mata pencaharian yang beragam. Kehadiran mereka bertujuan untuk bermalam atau sekadar berdagang.

Karena pada permulaannya mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan, maka terbentuklah ragam mata pencaharian lain seperti menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang garis pantai, yang nantinya digunakan untuk produksi terasi. Kemudian ada juga pembuatan terasi dan garam.

Untuk membuat terasi Air yang digunakan tersebut akhirnya memunculkan nama “cirebon” yang berasal dari kata kai (air) dan ribon (pita udang) yang berkembang hingga sekarang. Dengan deru aktivitas pelabuhan yang sibuk serta kekayaan sumber daya alam yang tersembunyi di pedalaman.

Cirebon akhirnya menjadi kota besar dengan salah satu pelabuhan penting di pantai utara Jawa. Kehadiran pelabuhan memiliki manfaat yang signifikan dalam mendukung kelancaran kegiatan pelayaran dan perdagangan antar pulau di seluruh Nusantara, juga dalam hubungan perdagangan lintas negara. Selanjutnya, Cirebon juga berperan penting sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Barat.

Sejarah Buyut Jaksa 

Ki Patra Kalasa adalah seorang yang bijaksana, karena kearifan dan kebijaksanaannya, Kuwu Cirebon sering dimintai tolong dalam memecahkan masalah pelik yang terjadi di daerah Cirebon, seperti angin topan di Gebang, masalah berebut kerbau putih di Bantar Panjang , dan masalah lainnya. 

Saat itu JPU Jamlah berjumlah 40 orang dan yang dianggap paling adil dalam memenangkan perkara adalah JPU dari Puncak Manik sehingga dijuluki Jaksa Agung. Tak hanya itu kesaktian dari Ki Patra Kalasa juga sudah terkenal dan termasuk membantu Cirebon dalam melawan sebuah serangan Belanda. 

Hanya berupa sebilah keris kecil dari Puncak Manik namun semua musuh Cirebon musnah. Mungkinkah yang dimaksud belati itu adalah parang cabang? Wah a'lam. Kesaktian kakek buyut jaksa ini semakin terkenal ke seluruh dunia sehingga suatu hari 40 orang sakti datang ke Puncak Manic untuk berbagi ilmu. disuapi nasi dengan pensil kecil ternyata nasinya tidak bisa habis padahal semua sudah kenyang.

Desa Cimulya merupakan salah satu Desa Pemekaran Desa Cimahi di Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan, semula bernama Desa Cimuncang masuk ke Desa Gunungsari Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan.

Gunung Puncak Manik berlokasi di Desa Cimulya, Kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan. Gunung ini memiliki bentuk yang menyerupai perahu terbalik, seperti yang dapat diidentifikasi dengan Gunung Tangkuban Perahu, dan memiliki kisah-kisah sejarah yang berharga.

Dalam rangka melestarikan budaya sunda dan meneruskan sejarah asal usul nenek moyang khususnya bagi masyarakat Desa Cimulya Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan agar generasi penerus tidak kehilangan sejarah atau sejarah nenek moyangnya. bukti sejarah yang penulis temukan bukti, 

Meskipun tulisan ini mungkin lebih condong ke legenda karena penulis tidak dapat menggambarkan tahun berdasarkan bukti sejarah. Namun demikian, penulis merasa perlu untuk menerbitkan makalah ini dengan harapan dapat menjadi masukan dan penelitian selanjutnya. Alur ceritanya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan cerita rakyat mengalami perubahan nama, Gunung Puncak Manik yang biasanya dalam Babad Cirebon dikenal dengan nama Gunung Cupu Manik. Konon katanya Gunung Puncak Manik ini sebelumnya telah dijuluki Gunung Tangkuban Perahu karena bentuknya yang terlihat seperti perahu tengkurep.

Jika dilihat dari kejauhan memuat legenda Sangkuriang dan Dewi Dayang Sumbi yang dalam sejarahnya sama dengan legenda Tangkuban Prahu di Bandung. Mengingat sudah ada legenda, penulis tidak menyebutkannya di sini. 

Selanjutnya Gunung Tangkuban Perahu juga berubah nama menjadi Gunung Tengger yang berarti gunung yang menjadi ciri khas masyarakat Sunda yaitu kata tengger. Konon kisah gunung ini dijadikan semboyan sebagai ciri perjalanan alam. 

Yang berarti wadah mahkota yang indah (Cupu = wadah dan Manik = tasbih atau mahkota yang indah), kemudian pada masa kesultanan Cirebon sultan Cirebon mengganti nama Gunung Puncak Manik yang berarti dataran tinggi yang menghiasi keindahan Cirebon.

Situs Makam Buyut Kramat

Situs Makam Jaksa Kramat Buyut terletak di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Cibingbin. Makam ini terletak di pemukiman penduduk, di atas tanah milik desa. Makam ki buyut jaksa ini lokasinya berada di bawah pohon kiara besar di tanah yang cukup tinggi dari sekitarnya.

Penanda makam ini ditandai dengan dua nisan datar yang berorientasi dari utara ke selatan. Kedua batu nisan itu dalam kondisi rusak, sedangkan kuburannya terbuat dari empat batu bata. Pada badan nisan juga terdapat hiasan berupa lingkaran (mendalion) dan sulur.

Lingkungan Makam Buyut Kramat, sang jaksa, berada di sebelah barat bekas sungai Cijangkelok, yang kini menjadi sawah. Makam ini diberikan status keramat oleh warga setempat, dan menjadi tempat yang sering didatangi oleh para peziarah, baik yang berasal dari dalam desa maupun luar daerah.

Demikian penjelasan dari saya tentang mengetahui tentang Sejarah Buyut Jaksa Alias Ki Patra Kalasa seperti yang dilansir slot, semoga bermanfaat, terimakasih.