![]() |
Kerajaan Wajo | Foto : Ruqyah Cirebon |
Wajo sendiri dikenal sebagai salah satu kerajaan yang cukup maju dalam berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, kepemimpinan, demokrasi hingga penegakan hak-hak rakyatnya. Nah pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi mengenai beberapa Peninggalan Kerajaan Wajo.
Peninggalan Kerajaan Wajo
Masjid Tello
Masjid Tello merupakan salah satu masjid yang didirikan oleh Syekh Jamaluddin Akbar Husain pada tahun 1621. Masjid Tello atau Tosora merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Wajo. Tosora sendiri merupakan daerah yang dulunya merupakan ibu kota Kabupaten Wajo.
Struktur bangunan masjid ini mirip dengan struktur masjid yang terdapat di beberapa wilayah kerajaan Islam dimana bangunannya berbentuk persegi tanpa serambi. Karena nilai sejarah yang dimiliki masjid ini. Masjid Tosora juga menjadi salah satu bangunan yang masuk dalam daftar situs cagar budaya di Sulawesi Selatan.
Musholla Tua Menge
Peninggalan Kerajaan Wajo yang tak kalah menariknya adalah Musholla Tua Menge yang terletak di Dusun Menge, Desa Tellulimpoe, Kecamatan Majauleng, Sulawesi Selatan. Musholla berukuran 9x10 meter ini didirikan sekitar tahun 1621 M, yakni sejak Islam pertama kali masuk pada tahun 1610. Musholla Tua Menge merupakan tempat ibadah kuno yang usianya cukup tua.
Islam sendiri merupakan agama yang mengalami perkembangan cukup pesat di wilayah tersebut. Hampir semua bangunan mushalla terbuat dari bahan campuran yang sama yaitu batu gunung, pasir dan dsb.
Geddongnge
Ada peninggalan kerajaan Wajo lainnya yang bisa Anda ketahui yaitu gudang tempat penyimpanan senjata yang biasa dikenal dengan nama Geddongnge atau Gedung Mesiu. Gedung mesiu dibangun untuk menyimpan dan menyuplai beberapa senjata atau peluru ke dalam benteng.
Bangunan mesiu sendiri umumnya berbentuk persegi panjang dengan tebal dinding 20 sentimeter. Bangunannya sendiri bergaya Eropa. Dulunya Gedung Mesiu merupakan tempat yang cukup penting dalam mempertahankan kerajaan dari serangan musuh.
Makam Lataddampare’ Puang RI Maggalatung
Peninggalan menarik selanjutnya adalah Makam Lataddampare' Puang RI Maggalatung. Lataddampare' Puang RI Maggalatung merupakan orang yang cukup berpengaruh pada masa lalu. Ia dikenal sebagai ulama, ahli strategi perang, ahli pertanian, sejarawan dan ahli hukum.
La Taddampare memiliki reputasi yang cukup baik. Bakat kepemimpinannya sendiri sudah ditunjukkan sejak ia masih muda. Ia sendiri tercatat pernah menjabat sebagai Arung Matowa Wajo sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1482-1487 dan 1491-1521. Meski tidak disebutkan secara pasti kapan salah satu ulama asal Wajo tersebut meninggal, namun berdasarkan catatan sejarah, usia La Taddampare diperkirakan berusia 80 tahun.
Makam Lasalewangeng Tenriruwa
Makam Lasalewangeng Tenri Ruwa merupakan sebuah nama kompleks pemakaman peninggalan kerajaan Wajo yang terletak di Kabupaten Bantaeng. Masyarakat di sana mempunyai kebiasaan tidak menuliskan nama dan waktu meninggalnya raja di batu nisan. Namun di dalam makamnya sendiri terdapat 174 nisan dengan 5 jenis nisan, salah satunya adalah nisan Arung Matowa dan kerabatnya.
Makam Besse Idalatikka
Nah, peninggalan sejarah yang menarik dari Kerajaan Wajo adalah makam Besse Idalatikka. Besse Idalatikka dikenal sebagai wanita tercantik di Tosora. Namun kebenaran informasi tersebut belum dapat dipastikan. Makam Besse Idalatikka terbuat dari kayu yang didatangkan langsung dari Malaysia.
Sedangkan ukiran pada makamnya dibuat di Kalimantan. Konon batu nisan wanita yang terkenal ramah dan sopan ini dibuat dua bulan sebelum meninggal. Keberadaan batu nisan setinggi 2 meter sekaligus menjadi saksi penguburan seorang putri bangsawan yang berani melawan Bone dan penjajah Belanda.
Makam LaTenrilai’Tosengngeng
Tempat lain yang menjadi saksi kejayaan kerajaan Wajo adalah makam salah satu pemimpinnya yang bernama LaTenrilai'Tosengngeng. La Tenrilai' Tosengngeng merupakan Arung Matowa yang ke-23. Ia sendiri merupakan pengganti Arung Matowa sebelumnya yaitu La Paremma Torewa Matinroe ri Passiringna.
La Tenrilai’ Tosengngeng memimpin pemerintahan pada tahun 1658-1670. Beliaulah orang yang mendirikan Tosora sebagai ibu kota Kerajaan Wajo. La Tenrilai' Tossengngeng diketahui gugur saat berperang melawan Bone dan Belanda. Kematiannya sendiri mempunyai banyak versi cerita, dimana salah satunya meninggal akibat ledakan meriam miliknya sendiri saat hendak menyerang Belanda.
Makam La Maddukkelleng
Selanjutnya ada Makam La Maddukkelleng. Beliau merupakan anak dari arung peneki La Mataesso To' Ma'dettia dan We Tenriangka Arung Singkang. Melalui prasasti di batu nisan tersebut, diketahui bahwa Lamaddukelleng meninggal pada tahun 1765. Bentuk dari batu nisan itu sendiri berupa bongkahan batu berukuran cukup besar yang diletakkan tepat di atas kuburan.
Lamaddukelleng merupakan salah satu tokoh yang berhasil mengubah angkatan lautnya menjadi pasukan yang sangat ditakuti oleh Belanda pada abad ke-17 ketika berada di perairan Indonesia Timur. Karena jasa-jasanya, ia sendiri kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No.109/TK/1998 tanggal 6 November 1998.
Saoraja Mallangga
Peninggalan berikutnya adalah Saoraja Mallangga yang merupakan tempat kediaman raja. Saoraja Mallangga sendiri merupakan rumah tempat tinggal Arung Battempola. Saoraja diketahui telah mengalami perubahan untuk melestarikan benda-benda bersejarah yang terdapat di dalamnya. Saoraja Mallangga kini menjadi museum keluarga. Berbagai peninggalan sejarah nenek moyang kita tampak tersimpan rapi di tempat ini.
Demikian ulasan artikel tentang Wah, Inilah Beberapa Peninggalan Kerajaan Wajo Yang Berasal Dari Sulawesi Selatan seperti yang dilansir alexistogel. Semoga bermanfaat.