Kisah
Nabi Muhammad di Sihir Oleh Labid bin Al-asham – Sihir sudah ada sejak dulu kala, sejak zaman
para nabi terdahulu. Ketika di zaman Rasulullah pun juga ada sihir. Seperti
yang kita ketahui, sihir adalah upaya yang dilakukan oleh manusia dengan
meminta bantuan kepada Jin untuk mencelakai orang lain.
Praktik
ilmu sihir yang sudah berlangsung selama ribuan tahun ini biasanya dikarenakan
adanya alasan rasa sakit hati dan kebencian kepada orang lain, sehingga
mendorong seseorang untuk mengirimkan sihir.
Salah satu
dalil dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa sihir itu benar-benar ada dan
nyata seperti hal ghaib lainnya adalah
Di dalam
Al Qur’an
BACA JUGA: HATI-HATI DI CIREBON BANYAK DUKUN MENGAKU PERUQYAH
Labid bin
Al-asham adalah seorang penyihir Yahudi hebat yang berasal dari Bani Zuraiq.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetahui kalau dirinya itu disihir
karena diberitahu oleh malaikat. Beliau juga diberitahu di mana tempat Labid
bin Al-asham menyimpan media sihirnya.
Sihir yang
dikirimkan Labid ini tidak berpengaruh pada akal dan jiwanya Rasulullah, serta
tidak mampu untuk membunuh beliau. Namun, Rasulullah berhalusinasi merasa telah
mendatangi para istrinya padahal kenyataannya tidak.
Dikisahkan
bahwa pada suatu ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
membayangkan sudah melakukan sesuatu (berhalusinasi mendatangi para istrinya
satu per satu), akan tetapi ternyata beliau sama sekali tidak melakukannya.
Kemudian
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tak
henti-hentinya untuk terus
memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wata'ala, sehingga Allah subhanahu
wata’ala mengabulkan doa beliau dan menurunkan dua malaikat, yang salah satunya
duduk di dekat kepala dan yang satu lagi di dekat kakinya beliau.
Imam Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah
mendapatkan ruqyah dari malaikat Jibril untuk melepaskan diri dari segala macam
penyakit. Lalu kepada Sayyidah Aisyah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala telah memberikan jawaban
tentang pertanyaan yang pernah beliau ajukan.
Jawaban
pertanyaan tersebut telah disampaikan oleh dua malaikat. “Aku kedatangan dua
laki-laki, salah seorang duduk di sisi kepalaku, seorang lainnya duduk di sisi
kakiku,” kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Aisyah. Salah
satu malaikat yang berwujud laki-laki itu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad di
Sihir Oleh Labid bin Al-asham.
Malaikat
tersebut mengatakan bahwa Labid bin Al-asham telah menyihir dengan menggunakan sisir dan juga
rambut dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, serta menggunakan juga
kulit mayang kurma jantan. Sihir Labid bin Al-asham ini ditempatkan di bawah
batu di dalam sumur Dzarwan.
Lalu
keesokan harinya, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan Ammar
bin Yasir dan beberapa sahabat lainnya untuk pergi ke sumur Dzarwan.
Sesampainya disana, mereka menemukan bahwa air di dalam sumur Dzarwan itu
berwarna merah kecokelatan seperti warna air perasaan daun pacar sementara
kepala mayangnya berbentuk seperti kepala setan.
Beliau
juga tidak suka untuk menyebarkan keburukan kepada orang banyak. Kemudia Nabi
meminta agar sumur Dzarwan itu ditutup saja. Sementara itu ada riwayat lain
yang menyebutkan juga bahwa gulungan sihir tersebut diangkat dari dalam sumur
lalu dibakar. Setelah dibakar, gulungan sihir tersebut memperlihatkan tali
dengan 11 simpul yang sulit untuk dibuka.
Dan pada
saat itu, turunlah wahyu
Sejak
kejadian tersebut, ketika sebelum tidur, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam selalu membaca muawidzatain (
Jika
seandainya beliau sedang sakit parah, maka Sayyidah Aisyahlah yang akan
membacakan surat-surat tersebut dan mengusapkan tangannya ke tubuh Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Kalau
sihir sudah menyerang raga dan juga jiwa, maka ruqyah syar'iyah dengan meminta
bantuan ustadz atau ulama dapat dilakukan. Ruqyah dengan membaca bacaan
ayat-ayat Al Qur'an dan juga doa yang dicontohkan Rasulullah dibaca dengan
tartil, jelas, dan tidak merusak makna serta adab-adabnya.
Ruqyah
dilakukan sebagai bentuk ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala dengan penuh
keikhlasan dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya. Hanya saja, kita perlu untuk
memastikan terlebih dahulu kalau ruqyah tersebut memanglah benar-benar syar'i.
Ustadz atau ulama yang melakukan ruqyah pun meruqyah dengan cara yang
dicontohkan Al Qur'an dan sunah.
Di dalam
The Great Episodes of Muhammad SAW (2017), Said Ramadhan Al-Buthy mengatakan
bahwa ketika Nabi Muhammad di Sihir Oleh Labid bin Al-asham, sihirnya
tersebut hanya berpengaruh kepada jasad atau tubuh bagian luar saja. Artinya,
sihir yang dikirimkan Labid Al-asham itu tidak sampai ‘menyerang’ ke hati,
akal, dan juga keimanan.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memanglah maksum, yang berarti bahwa
Rasulullah itu terjaga dari kesalahan dan kekurangan dalam menyampaikan syariat
Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi, kemaksumannya bukan berarti beliau bisa
terbebas dari berbagai macam penyakit dan juga berbagai faktor manusiawi
lainnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihu wasallam juga
menderita ketika terkena serangan sihir layaknya manusia biasa lainnya.
Ketika
seseorang sedang mengalami sakit keras, maka wajar saja jika orang tersebut
diliputi oleh khayalan-khayalan atau bayangan akibat dari sakit yang
dideritanya itu. Begitu pun juga dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau berhalusinasi membayangkan kalau sudah melakukan sesuatu tapi kenyataannya itu
tidak.
Said
Ramadhan Al-Buthy kembali menegaskan bahwa Nabi Muhammad di Sihir Oleh Labid bin Al-asham itu bukanlah aib ataupun kekurangan pada dirinya. Sekali lagi, disebutkan
bahwa Rasulullah itu maksum (terjaga dari kesalahan dan kekurangan dalam
menyampaikan syariat Allah subhanahu wata’ala). Akan tetapi, kemaksumannya itu
‘tidak berlaku’ dengan hal-hal yang sifatnya keduniawian seperti haus, lapar,
sakit, dan yang lainnya.